MAKALAH KBJ V : TEMBANG DOLANAN LAN BUDI PEKERTI
Tembang Dolanan Anak - Anak Berbahasa Jawa
Sumber Pembentukan Watak Dan Budi Pekerti
Yuyun Kartini, S.Pd.
Balai Bahasa Surabaya
Abstrak
Tembang dolanan anak berbahasa Jawa memiliki
nilai-nilai luhur budaya nasional. Namun sayangnya, tembang dolanan anak-anak
berbahasa Jawa pada saat ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah
maupun instansi terkait. Pada akhirnya anak-anak sekarang kurang mengenal
tembang dolanan Jawa sehingga tembang dolanan berbahasa Jawa ini kurang
diminati dan tergerus oleh zaman. Makalah ini akan memaparkan beberapa aspek
tentang makna teks yang tersirat dalam tembang dolanan anak berbahasa Jawa,
seperti nilai religius, nilai kebersamaan, nilai kemandirian, instropeksi, dan
kerendahan hati (tidak sombong) Dengan muatan beberapa aspek
tersebut secara tidak langsung tembang dolanan anak berbahasa Jawa menyimpan
beragam nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia khususnya Jawa.
Dalam upaya untuk membangun jatidiri dan karakter bangsa, tembang dolanan anak
berbahasa Jawa perlu dikenalkan kepada generasi muda khususnya anak-anak.
Mereka adalah pemegang tongkat estafet perjalanan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Bila mereka kurang pemahaman dan pengalaman pada potensi seni budaya
bangsa dikhawatirkan kelak bangsa ini akan kehilangan jatidiri dan karakter
yang berbudi luhur.
Kata Kunci: tembang, dolanan, nilai religius,
kebersamaan, kebangasaan, estafet karakter.
1. Pengantar
Negara Indonesia merupakan negara yang terkenal kaya
akanl berbagai macam budaya dan kesenian. Kekayaan budaya dan kesenian yang
dimiliki bangsa Indonesia merupakan suatu kebanggaan dan aset bangsa. Semua
negara di dunia telah mengakui akan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia .
Bahkan ada negara tetangga, seperti Malaysia berusaha merebut dan mengakui
salah satu kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai kebudayaan mereka.
Hal itu tidak boleh dibiarkan, jika ini terjadi maka bangsa Indonesia akan
kehilangan salah satu aset bangsa. Sebagai warga negara yang cinta dan peduli
akan kebudayaan tersebut, maka hendaknya selalu berusaha untuk menjaga dan
mempertahankannya. Oleh karena itu, warisan nenek moyang tersebut perlu
dilestarikan agar tidak punah tergerus oleh perkembangan zaman.
Perubahan dan perkembangan zaman terjadi semakin
pesat, hal ini ditandai dengan semakin canggihnya alat-alat elektronik yang
mengakibat terkikisnya kebudayaan warisan nenek moyang yang menyimpan
nilai-nilai luhur bangsa. Warisan kebudayaan tersebut meliputi bahasa,
adat-istiadat, dan kesenian daerah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
kesenian daerah yang pada saat ini banyak yang hilang bahkan hampir punah.
Salah satu contoh kesenian daerah tersebut adalah tembang dolanan anak
berbahasa Jawa.
Tembang dolanan berbahasa Jawa merupakan sarana untuk
bersenang-senang dalam mengisi waktu luang dan juga sebagai sarana komunikasi
yang mengandung pesan mendidik. Contoh tembang dolanan yang dimaksud adalah
cublak-cublak suweng, jaranan, padang bulan, ilir-ilir, dan masih banyak lagi.
Tembang dolanan anak merupakan suatu hal yang menarik karena sesuai dengan
perkembangan jiwa anak yang masih suka bermain, didalamnya juga mengandung
ajaran-ajaran atau nilai-nilai moral budi pekerti. Dr. Suharko Kasaran, (Ketua
Komisi Nasional Budi Pekerti) mengatakan bahwa apabila anak kurang/tidak dibina
pendidikan budi pekerti sedini mungkin, pada umur 14 tahun anak itu akan
mengembangkan sikap destruktif (cenderung ke arah brutal). Kurangnya pembinaan
atau pedidikan budi pekerti dibuktikan banyaknya kejadian di usia remaja dan
dewasa atau tua seperti kenakalan remaja, tawuran massal, pelecehan seksual,
dan sebagainya (wawancara Buletin Siang RCTI, 11 Mei 1999).
Menurut Riyadi (dalam Djaka Lodang, 5 Agustus 1989)
memerinci sifat lagu dolanan anak-anak yaitu bersifat didaktis dan sosial.
Didaktis artinya lagu dolanan itu mengandung unsur pendidikan, baik yang
disampaikan secara langsung dalam lirik lagu atau disampaikan secara tersirat,
dengan berbagai perumpamaan atau analogi. Salah satu keahlian orang Jawa adalah
membuat berbagai ajaran dengan berbagai perumpamaan. Sosial artinya bahwa lagu
dolanan memiliki potensi untuk menjalin hubungan sosial anak dan menumbuhkan
sifat-sifat sosial.
Pada dasarnya lagu dolanan anak bersifat unik.
Artinya, berbeda dengan bentuk lagu/tembang Jawa yang lain. Menurut Danandjaja
(1985:19) lagu dolanan anak ada yang termasuk lisan Jawa, yaitu tergolong
nyanyian rakyat. Sarwono dkk (1995: 5) menjelaskan bahwa lagu dolanan memiliki
aturan, yaitu
1. bahasa sederhana,
2. cengkok sederhana,
3. jumlah baris terbatas,
4. berisi hal-hal yang selaras
dengan keadaan anak.
Lirik dalam lagu dolanan tersebut tersirat makna
religius, kebersamaan, kebangsaan, dan nilai estetis.
Generasi muda terutama anak-anak merupakan pemegang
tongkat estafet perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bila mereka
kurang pemahaman dan pengalaman pada potensi seni budaya bangsa dikhawatirkan
kelak bangsa ini akan kehilangan jatidiri dan karakter yang berbudi luhur.
Generasi yang merupakan penerus pembangunan bangsa hendaknya memiliki rasa bangga
dan jiwa kepahlawanan untuk menghadapi masalah. Sikap tersebut diawali dengan
rasa bangga, ikut memiliki, dan mencintai seni budaya. Melalui seni, seseorang
lebih sensitif terhadap keadaan lingkungan di sekitarnya. Dengan melihat
kenyataan yang ada sekarang ini, sebagai generasi muda haruslah berbuat banyak
demi kelestarian budaya dan kesenian tradisional yang hampir punah. Tembang
dolanan sebagai warisan nenek moyang yang mempunyai nilai-nilai luhur harus
terus dilestarikan.
Namun ironis, sekarang ini generasi muda khususnya
anak-anak yang tinggal di daerah yang banyak mendapat pengaruh budaya modern
pada umumnya tidak mengenal tembang dolanan berbahasa Jawa tersebut meskipun
mereka orang Jawa. Mereka kurang berminat mempelajari apalagi menghafal tembang
dolanan berbahasa Jawa tersebut. Pada saat ini, anak-anak lebih mudah
menyanyikan dan menghafal lagu-lagu berbahasa Indonesia daripada tembang
dolanan yang menggunakan bahasa Jawa. Hal ini terjadi karena pada umumnya orang
tua zaman sekarang meskipun berasal dari etnis Jawa, tetapi mereka lebih
cenderung menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu atau bahasa pengantar
dalam berkomunikasi sehari-hari.
Peranan orang tua dalam melestarikan warisan nenek
moyang juga sangat penting karena anak ibarat kertas putih bersih yang belum
ternoda. Kalau sejak dini anak-anak diperkenalkan dengan tembang dolanan yang
berisi petuah, pendidikan moral, dan budi pekerti, maka kelak jika sudah dewasa
akan berakhlak baik. Meskipun mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa komunikasi sehari-hari, tetapi sebagai orang tua hendaknya juga
mengajari anak-anak mereka untuk menggunakan bahasa Jawa karena mereka berasal
dari etnis Jawa.
Di samping orang tua yang berperan penting, pemerintah
juga kurang memperhatikan bahkan mengabaikan adanya tembang dolanan anak
berbahasa Jawa. Hal ini terbukti dengan tidak adanya kepedulian pemerintah
untuk ikut melestarikan tembang dolanan tersebut. Ketidakpedulian pemerintah
tersebut dapat dilihat dengan tidak adanya sosialisasi melalui program di
televisi yang menayangkan acara khusus tembang dolanan anak yang berbahasa
Jawa. Kebanyakan acaranya menggunakan bahasa Indonesia. Kalaupun ada acara
musik yang berbahasa Jawa tetapi musik tersebut untuk orang dewasa bukan lagu
dolanan untuk anak-anak. Selain perlu diadakannya program khusus untuk tembang
dolanan anak-anak, langkah untuk melestarikan kesenian tersebut adalah dengan
diadakannya lomba yang khusus menyanyikan tembang dolanan berbahasa Jawa.
Langkah selanjutnya adalah melalui sanggar seni dengan mengaplikasikan tembang
dolanan anak-anak maupun dewasa, sehingga tembang dolanan tidak lagi dianggap
sebagai tembang dolanan semata, tetapi merupakan seni sastra tradisi milik
seluruh masyarakat. Kerjasama yang harmonis antara orang tua, lingkungan,
pemerintah yang terkait akan mempunyai andil besar dalam upaya melestarikan
seni budaya daerah yang merupakan sumber aset budaya nasional.
Gejala yang terjadi menunjukkan bahwa banyak faktor
yang menyebabkan tembang dolanan anak berbahasa Jawa kurang diminati generasi
muda khususnya anak-anak. Meskipun dalam lirik tembang tersebut mengandung
banyak nasihat, petuah, dan pendidikan yang baik bagi anak-anak. Oleh sebab
itu, peneliti tergerak untuk mengungkapkan fenomena yang terjadi pada saat ini.
Data dalam tulisan ini diperoleh dari masyarakat tutur berbahasa Jawa yang
masih mengenal tembang dolanan anak-anak.
2. Teori Pendidikan Budi Pekerti
Budi pekerti adalah watak dan perbuatan seseorang
sebagai perwujudan hasil pemikiran. Budi pekerti itu merupakan sikap dan
perilaku, (tingkah laku, solah bawa, muna-muni) yang dilandasi oleh olah dan
kegiatan berfikir. Tentu saj proses berfikir yang sehat sehingga menghasilkan
budi pekerti yang baik. manifestasi budi pekerti yang baik menurut Surya (1995:
5) disebut juga budi pekerti luhur. Budi pekerti memiliki peranan tertentu
dalam kehidupan manusia, dinyatakan oleh Simuh (1995: 109) bahwa nilai-nilai budaya
dan norma etik Jawa akan berhadga bagi proses keberlangsungan kehidupan.
Winarni (1995:2) menyatakan batas budi pekerti identik dengan orang yang
berbudi mulia dan utama atau bermoral. Mereka adalah orang yang terpuji. Hal
ini diungkapkan oleh Darusuprapto dkk (1990:1) bahwa ajaran moral adalah ajaran
yang berkaitan dengan perbuatan dan kelakuan yang pada hakikatnya merupakan
pencerminan akhlak atau budi pekerti.
3. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh, tembang dolanan
berbahasa Jawa memiliki makna/nilai budi pekerti nilai religius, kebersamaan,
kemandirian, kerendahan hati (tidak boleh sombong), dan instropeksi diri. Untuk
lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.
3.1
Tembang dolanan berbahasa Jawa yang mengandung nilai budi pekerti religius atau
keagamaan
a. SLUKU-SLUKU BATOK
Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Solo
Oleh-olehe payung motha
Mak jenthit lolo lobah
Wong mati ora obah
Nek obah medeni bocah
Nek urip goleka dhuwit.
Lirik tembang dolanan yang berjudul ‘Sluku-sluku
Bathok’ tersebut apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai
berikut.
‘Ayun-ayun kepala’
‘Kepalanya geleng geleng’
‘Si bapak pergi ke Solo’
‘Oleh-olehnya payung mutha’
‘Secara tiba-tiba begerak
‘Orang mati tidak bergerak’
‘Kalau bergerak menakuti orang’
‘Kalau hidup carilah uang’
Makna yang tersirat dalam tembang dolanan “Sluku-sluku
bathok” yaitu nilai religius. Dalam syair tersebut bermakna manusia hendaklah
membersihkan batinnya dan senantiasa berzikir mengingat Allah dengan (ela-elo)
menggelengkan kapala mengucapkan lafal laa illa ha illallah disaat susah maupun
senang, di kala menerima musibah maupun kenikmatan, hidup mati manusia ditangan
Allah, maka dari itu selagi masih hidup berbuat baiklah terhadap sesama, dan
beribadah kepada Allah SWT karena Allah Maha segala-galanya, apabila sekali
berkehendak mencabut nyawa seseorang, tak seorang pun mampu menolakkan.
b. Ilir-Ilir
Lir-ilir, lir-ilir/Tandure wus sumilir/Tak ijo royo-royo/Tak sengguh temanten anyar
Cah angon, cah angon/ Penekno blimbing kuwi/ Lunyu-lunyu penekno /Kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro, dodoiro/ Kumitir bedah ing pinggir/ Dondomono, jlumatono / Kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane / Mumpung jembar kalangane
Yo sorako, sorak iyo!!
Syair tembang dolanan Ilir-ilir tersebut apabila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
‘Bangunlah, bangunlah!’
‘Tanaman sudah bersemi’
‘Demikian menghijau’
‘Bagaikan pengantin baru’
‘Anak gembala, anak gembala’
‘Panjatlah (pohon) belimbing itu’!
‘Biar licin dan susah tetaplah kau panjat’
‘untuk membasuh pakaianmu’
‘Pakaianmu, pakaianmu’
‘terkoyak-koyak dibagian samping’
‘Jahitlah, Benahilah!’
‘untuk menghadap nanti sore’
‘Mumpung bulan bersinar terang’
‘Mumpung banyak waktu luang’
‘Bersoraklah dengan sorakan Iya!!’
Dalam syair tembang dolanan yang berjudul Ilir-ilir
mengandung makna religius (keagamaan). Sedangkan maksud yang terkandung dalam
tembang tersebut adalah kita sebagai umat manusia diminta bangun dari
keterpurukan untuk lebih mempertebal iman dan berjuang untuk mendapatkan
kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru. Meminta Si anak gembala untuk
memetikkan buah blimbing yang diibaratkan perintah salat lima waktu. Yang
ditempuh dengan sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam
apapun halangan dan resikonya. Meskipun ibarat pakaian kita terkoyak lubang
sana sini, namun kita sebagai umat diharapkan untuk memperbaiki dan mempertebal
iman dan taqwa agar kita siap memenuhi panggilan Ilahi robbi.
c. Padhang Bulan
Yo prakanca dolanan ing njaba
Padhang mbulan padhangé kaya rina
Rembulané kang ngawé-awé
Ngélikaké aja turu soré-soré
Syair dari tembang dolanan padang bulan apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi:
‘Ayo teman-teman bermain diluar’
‘Cahaya bulan yang terang benderang’
‘Rembulan yang seakan-akan melambaikan tangan’
‘Mengingatkan kepada kita untuk tidak tidur sore-sore’
Dalam tembang dolanan padang bulan mengandung makna
religius (kagamaan). Maksud dari tembang dolanan tersebut adalah kita hendaknya
bersyukur kepada yang Maha Kuasa untuk menikmati keindahan alam. Untuk
menunjukkan rasa syukur itu kita diharapkan tidak tidur terlalu sore karena
kita bisa melaksanakan ibadah di waktu malam.
3.2 Tembang dolanan berbahasa Jawa mengandung nilai
budi pekerti. Hal itu dapat dilihat dalam data dibawah ini.
a. Jaranan
Jaranan- jaranan, jarane jaran teji
Sing numpak ndoro bei
sing ngiring para mentri
Jeg-jeg nong, jreg-jreg gung
Jeg-jeg gedebuk krincing
Gedebug jedher
Gedebug krincing
Jeg-jeg gedebuk jedher
Syair tembang dolanan yang berjudul ‘Jaranan’ ersebut
apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah:
berkuda, berkuda, kudanya teji (tinggi besar)
yang naik Tuan Bei yang mengiring para menteri
Jeg-jeg nong, jeg-jeg gung
Jeg-jeg gedebuk krincing
Gedebuk jedher
Gedebuk krincing
Gedebuk jedher
Jeg-jeg gedebuk jedher’
Tembang dolanan jaranan sebenarnya hanya terdiri atas
empat larik, untuk larik berikutnya hanya diulang-ulang. Kalau dilihat dari
syairnya terdapat beberapa makna budi pekerti yang tersirat dalam tembang
tersebut, antara lain:
(1) Kebersamaan
Dalam syair sing numpak ndara Bei sing ngiring para
menteri, di sana terdapat rasa kebersamaan antara atasan dan bawahan.
Kebersamaan untuk saling membutuhkan, saling membantu, orang yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi membutuhkan orang yang berkedudukan lebih rendah,
demikian pula sebaliknya. Kedudukan yang tinggi tersebut diibaratkan ndara Bei
yang membutuhkan pengawalan dari para menterinya yang dianggap mempunyai
kedudukan lebih rendah.
(2) Menghormati yang lebih tinggi
kedudukannya
Budaya Jawa telah mengajarkan bahwa seseorang yang
mempunyai kedudukan yang lebih rendah harus menghormati orang yang berkedudukan
lebih tinggi. Hal itu tampak pada syair sing numpak ndara Bei sing ngiring para
menteri. Dalam syair tersebut ndara Bei dianggap mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dari para menterinya, karena sebutan ndara Bei hanya digunakan untuk
menyebutkan seseorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan keturunan
ningrat. Apalagi ditunjang dengan tunggangannya kuda yang tinggi besar yang
harus diiringi oleh para menterinya. Oleh karena itu, tugas para menteri adalah
mengawal ndara Bei tersebut. Dalam hal ini, jelaslah bahwa budi pekerti yang
harus ditanamkan adalah sikap menghormati yang lebih tua atau yang lebih tinggi
kedudukannya.
3.3 Tembang dolanan berbahasa Jawa yang mengandung
makna seperti yang terdapat pada uraian data dibawah ini.
a. MENTHOK-MENTHOK
Menthok-menthok tak kandhani
Mung solahmu angisin-isini
Bokya aja ndheprok
Ana kandhang wae
Enak-enak ngorok
Ora nyambut gawe
Methok-menthok
Mung lakumu megal-megol gawe guyu
Lirik tembang dolanan diatas apabila diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
‘Menthok-menthok saya nasehati’
‘Hanya perilakumu yang memalukan’
‘Jangan hanya diam dan duduk’
‘Di kandang saja’
‘Enak-enak mendengkur’
‘Tidak bekerja’
‘Menthok-menthok’
‘Hanya jalanmu meggoyangkan pantat membuat orang
tertawa’
Dalam lirik tembang dolanan ‘Menthok-menthok’
mengandung makna instropeksi diri. Sebagai umat manusia tidak boleh
menyombongkan diri, karena sesungguhnya semua yang ada di dunia ini diciptakan
Allah dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Sebaiknya kita berusaha dan
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, tidak malas, tidak suka tidur (karena
orang suka tidur badannya akan lemas, otot kaku, mudah terkena penyakit,
rezekinya tidak lancar dsb) , dan selalu berbuat baik terhadap sesama. Dalam
syair tembang dolanan tersebut yang diibaratkan menthok, meskipun dia itu
pemalas, bersifat jahat, dan suka tidur, tetapi dia masih mempunyai sifat baik
dan berguna baik orang lain yaitu menghibur dan membuat orang lain tertawa.
b. GUNDUL-GUNDUL PACUL
Gundul-gundul pacul..cul, gemelelengan
Nyunggi-nyunggi wakul...kul, gemelelengan
Wakul ngglimpang, segane dadi sakratan
Wakul ngglimpang, segane dadi sakratan
Syair tembang dolanan Gundul-gundul Pacul apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
‘Kepala botak tanpa rambut ibarat cangkul , besar
kepala (sombong, angkuh)’
‘Membawa bakul, dengan gayanya yang besar kepala
(sombong, angkuh)’
‘Bakulnya jatuh, nasinya tumpah berantakan di jalan
tidak bermanfaat lagi’
Dari syair tembang dolanan Gundul-gundul Pacul
menggambarkan seorang anak yang gundul, nakal, bandel, angkuh, dan tidak
bertanggung jawab. Dia tidak dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk. Dia
beranggapan bahwa dirinya orang yang paling benar, paling bisa, dan paling
pintar, sehingga dia bersikap gembelelengan, sombong, dan tak tahu diri.
Apabila dipercaya untuk memegang amanah yang menyangkut kehidupan orang banyak,
dia tetap bersikap tidak peduli. Akibat dari kesombongan dan keangkuhannya itu
maka kesejahteraan dan keadilan yang semestinya berhasil akhirnya menjadi
hancur berantakan. Dari syair tembang tersebut mengandung makna tidak boleh
sombong, dalam hal ini terlihat bahwa orang yang sombong, angkuh, dan ceroboh
akan membawa kehancuran dan kegagalan, maka dari itu jika engkau menjadi
seorang pemimpin yang diberi amanah dan tanggung jawab hendaknya peganglah dan
jalankan amanah itu sebaik-baiknya agar membawa kesejahteraan dan keadilan
sesuai harapan rakyat yang dipimpinnya.
c. DHONDHONG APA SALAK
Dhondhong apa salak
Dhuku cilik-cilik
Andhong apa mbecak
Mlaku dimik-dimik
Syair tembang ‘Dhondhong apa Salak’ apabila diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia adalah
‘Dhondhong apa salak’
‘Dhuku kecil-kecil’
‘Naik delman apa naik becak’
‘Jalan pelan-pelan’
Dalam syair tembang dolanan ini kita dihadapkan pada
dua pilihan. Ibarat buah kedondong yang bagian luarnya halus tetapi bagian
dalamnya kasar dan tajam, dan sebaliknya buah salak yang bagian luarnya kasar
ternyata bagian dalamnya halus. Di sini kita dihadapkan pada dua karakter,
Lebih baik kita berbuat yang baik secara lahir maupun batin seperti buah duku,
daripada kita berbuat yang dari luar kelihatan bagus tetapi di dalamnya kasar
dan tajam seperti buah kedondon. Demikian sebaliknya, lebih baik kita berbuat
terlihat kasar dari luar tetapi dalamnya halus seperti buah salak. Berbuatlah
sesuatu yang baik dan tidak menyakitkan, baik itu secara lahir maupun batin.
Sedangkan syair andhong apa mbecak, mlaku dimik-dimik mempunyai maksud memilih
salah satu makna yang dimaksud dalam syair tersebut . Andong adalah sebuah
kendaraan angkutan yang menggunakan tenaga hewan sebagai penariknya, sedangkan
becak adalah kendaraan angkut yang memanfaatkan tenaga manusia sebagai
pendorongnya. Dalam syair ini terdapat nilai budi pekerti kemandirian, kita
tidak boleh menyusahkan orang lain atau makhluk lain, kita harus hidup mandiri,
berjalan di atas kaki sendiri meskipun pelan-pelan dan tertatih-tatih.
4. Penutup
Dari analisis data yang diperoleh, tembang dolanan
berbahasa Jawa mempunyai makna/nilai budi pekerti yang patut yang harus
diajarkan pada generasi muda khususnya anak-anak. Beberapa nilai budi pekerti
tersebut antara lain nilai religius, kebersamaan, kemandirian, tidak boleh
sombong, dan instropeksi diri. Tembang dolanan berbahasa Jawa yang mengandung
nilai budi pekerti religius atau keagamaan terdapat pada tembang sluku-sluku
bathok, ilir-ilir, dan padhang mbulan. Tembang dolanan berbahasa Jawa jaranan
mengandung nilai budi pekerti kebersamaan dan menghormati kepada yang lebih tua
dan lebih tinggi kedudukannya.
Tembang dolanan berbahasa Jawa yang mengandung
berbagai macam makna atau nilai budi pekerti antara lain: menthok-menthok
mengandung makna budi pekerti kita tidak boleh sombong dan selalu berbuat baik
terhadap sesama, gundul-gundul pacul mengandung makna kesombongan akan membawa
petaka, dan dhondong apa salak mengandung nilai kemandirian bahwa manusia hidup
harus hidup mandiri tidak boleh menyusahkan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
♦ Djaka Lodang, 5 Agustus 1989, GBHN
1993. Surakarta PT Pabelan.
♦ Suwarna & Suwardi. 1996.
Integrasi Pendidikan Budi Pekerti dalam
buku Teks ‘Tataran Wulang Basa Jawa kanggo SD. Laporan
Penelitian.Yogyakarta: Lemlit,IKIP
buku Teks ‘Tataran Wulang Basa Jawa kanggo SD. Laporan
Penelitian.Yogyakarta: Lemlit,IKIP
♦ Dr. Suharko Kasaran, (Ketua Komisi
Nasional Budi Pekerti)
(wawancara Buletin Siang RCTI,11 Mei 1999).
♦ Widyatmanta, Siman. (2002), Berbahasa Jawa : Untuk Pelayanan
Gerejawi dan Masyarakat, Yogyakarta, Taman Pustaka Kristen
(wawancara Buletin Siang RCTI,11 Mei 1999).
♦ Widyatmanta, Siman. (2002), Berbahasa Jawa : Untuk Pelayanan
Gerejawi dan Masyarakat, Yogyakarta, Taman Pustaka Kristen
0 komentar:
Posting Komentar